Ada Apa di Mangunan, Imogiri?


Lanjut dari Camping Ceria Pantai Kesirat yang saya posting tempo hari, kami berdua memutuskan tidak langsung pulang kerumah karena jam baru menujukan sekitar pukul 09.00. Di jalan memang sudah ngantuk sih karena semalam suntuk mainan kamera, tapi kalau pulang jam segitu kan tanggung bgt gaess. Dari situlah kami memutuskan untuk tidak pulang langsung, tapi mampir imogiri sejenak buat istirahat dan habisin baterai kamera.
Seperti biasa kalau dari arah panggang ya pasti lewatnya siluk dan imogiri, di jalan siluk-imogiri/sebaliknya karena perut lapar dan satu-satunya warung makan yg di temui disana adalah warung mie ayam ya apa boleh buat 2 hari makan mie terusss. Itung-itung pelaris bapak penjual mie ayam. Mie ayam disini lumayan enak dan harga seporsinya juga murah, seporsi 6 ribu alamatnya tepat di timur jalan Imogiri depan jalan masuk mau ke Bendung Tegal, imogiri. Mumpung makan sekalian juga saya charge baterai kamera biar gak kehabisan kalau ketemu moment bagus.

Setelah perut kenyang kami lanjutkan menuju arah mangunan melewati agro wisata kebun jambu mete. Paling enak kalau mau ke agro wisata ini melewati jalan ke kanan sebelum tanjakan awal menuju hutan pinus/kebun buah mangunan. Gampanganya dari makan Imogiri belok kanan nanti nuruti jalan saja ketemu sekolah & lapangan belok kiri lagi lalu lurus terus habis itu cari plank di sebelah kiri yang bertuliskan agro wisata jambu mete. Dari pertigaan plang jalanya menanjak dan ikuti jalan saja nanti pasti sampai. Oh ya di agro wisata jambu mete juga terdapat gardu pandang, namanya Boekit Hijau BNI. Saya gak tau sih kok bisa di beri nama itu, mungkin yang bangun BNI kali ya?(mana saya tau). Di sana, sebut saja kencur #eh bukit BNI juga terdapat gazebo lho, lumayan kalau mau kesini, disuguhi view desa Selopamioro.
Jalan sehabis AWJM
Saat itu kami tak mampir ke bukit BNI dari AWJM(agro wisata jambu mete) kami lurus terus mencar spot untuk istirahat sampailah kami di pos kamling sesudah AWJM itu.  Kenapa kami mampir di pos kamling? Ya karena kami berharap ada saluran listrik di pos kamling itu dan melanjutkan charge baterai kamera. Tak juga itu alasanya, alasan yg paling utama saya mampir kesana adalah saya ngantuk berat. Dan setelah sampai dan memapakan diri di pos kamling itu saya pun tidur pulaas. Haha
Hoaam...
Tak disangka tidur saya nyenyak juga walaupun di pos kamling, ya maklum aku cah ronda je.hahaha. Setelah nyawa terkumpul dan pacar sepertinya sudah pengen pindah kamipun melenjutkan perjalanan kea rah Kebun Buah, Mangunan. Kami bukan mau ke kebun buah, mangunan tapi melainkan ke tetangga kebun buah. Wisata barukah? Bukan sebenarnya hanya ladang warga tapi viewnya lebih kece dari kebun buah. Sesuai dengan nama blog ini, kami tak mau membayar 5ribu hanya untuk masuk ke area wisata yg pasti di padati banyak pengunjung dan pastilah tak dapat menikmati suasana. Mending di bilang kere/miskin dari pada harus membayar untuk berpadat-padat ria di tempat wisata. Bagi saya kere/miskin itu merupakan prinsip traveling, kenapa? Karena yang kere pasti dapat sudut pandang dan pengalaman yg mengesankan dari pada harus mengeluarkan kocek yg mahal tapi pengalaman yg di dapat tak mengesankan.

Awal kami kemari adalah sore hari sehabis saya berdagang bunga flannel di wisuda UNY, sebenarnya cuman menghabiskan waktu daripada gak ada kerjaan dan bingung mau ngapain sama pacar mending “lets go lets find a free cost  places”. Sore itu kayak gini nih..
Sunset dan Gardu Pandang Kebun Buah, Mangunan
Slow..speed
Lanjut ke cerita, pembaca pasti tau kan ramenya kebun buah mangunan? Nah kalau yang ini kalian mau selfie sambil koprol mah gak mungkin ada yg mau lihatin dan ilfeel liat kalian, cumaaan..ini kebon gaess bukan tempat wisata jadi ya ttp jaga kaki biar gak injek tanaman warga.
Panas mendung sitik
The girl and the river
Berdua lebih baik
Pacaran enaknya mojok! mojok jurang
Setelah puas nganu #eh motret cantik ala petualang kere dan hari sudah mulai panas kamipun pulang menuju Jogja.

Tertarik main ke kebon warga? Buat foto dan mengisi waktu luang gak harus ke tempat wisata kok gaess cuman kalau dapet tempet bagus jangan asal share biar gak di hancurin pengunjung yg tdk punya responbility. Gitu saja cerita pelengkap dari Campng Pantai Kesirat tempo hari. Terima kasih sudah mampir sodara-sodara.

Semoga bermanfaat… Sampai jumpa di artikel selanjutnya…bye..


Related Posts:

Camping Ceria Pantai Kesirat #eh banyak Bintang

Pantai Kesirat Gunungkidul

Hujan deras di siang hari di hari sabtu tanggal 13 desember 2015 itu sempat menggerus semangat saya untuk menuntaskan rencana camping ceria di pantai Kesirat. Tapi sekali lagi hati saya(ekya) bicara “kalau hujan deras begini pasti nanti malam cerah!!” dan akhirnya sore di hari sabtu itu hujan yang deras itu reda dan semakin memantapkan saya untuk camping ceria. 
Deres ra?
Sebenarnya tujuan kali ini adalah pantai yang sudah pernah saya kunjungi awal tahun 2015 lalu tapi karena sangat sangat pengen camping ceria jadilah kami berangkat di malam harinya. Saya kali ini seperti biasa di temani oleh pacar saya Ika yang cantik dan baik hati. Karena saat itu si pacar ada acara ketemu dengan teman-temanya dan baru pulang  jam 7, saya pun menunggunya sampai siap dan rencana kami akan berkumpul di tempat tema saya Febri yg berada di Ngampilan, karena saya tak enak hati pada orang tua pacar kalau jemput malam-malam dan ngajak anaknya camping. 

Tepat pukul 20.30 saya dan ika sudah berkumpul dan siap berangkat, tapi ada satu hal yang kurang yaitu senter. Karena jam-jam segitu saya pikir rental alat outdoor sudah tutup akhirnya dengan berat hati kami membeli senter baru di Global Adventure(selatan UNY) dengan harga Rp.10000, eh Rp.70.000,- , tombok lagi tombok lagi. Tak apalah yang penting gak gelap-gelapan dan punya senter baru.#horee. Lalu dari beli senter kami langsung nglaju ke Pantai Kesirat tidak lupa mampir di Pasar Giwangan untuk membeli sayur mayur disana. 
Hujan di depan rumah
Singkat cerita kamipun sampai di pintu masuk pantai Kesirat bukan pintu masuk sih tapi portal yang menuju ke pantai Kesirat dan Wohkudu. Tapi saat itu portalnya sudah ditutup #duh. Untungnya ada seorang bapak” yg tiba-tiba njedul dan membukakan portal tapi sayang itu gak gratis haha iya ternyata mbayar, cuman 6ribu sih bilangnya, saya kasih 10ribu tapi eee gak balik kembalianya. Ya sudah makasih ya pak sudah baik hati membuka portal. Nah mulai dari sinilah masalah muncul karena persiapan saya yg kurang matang. Bukan persiapan mental/fisik ataupun barang  bawaan tapi melainkan persiapan rute yg di butuhkan untuk ke pantai saat itu. Mungkin memang saya sudah mempersiapkan segala hal yg  menurut saya penting tp sayangnya saya meremehkan hal yg tak kalah pentingnya,yaitu rute ke pantai Kesirat.
Samping rumah
Bagi sebagian orang pecinta perjalanan saat persiapan/prepare/packing mungkin sering melupakan suatu barang/hal yg harus di bawa saat bepergian. Saya pun juga sering sekali mengalaminya. Mungkin saya di bilang masih amatiran dalam bepergian karena seringkali saya melupakan sesuatu yg  harus dibawa ketika bepergian, namanya juga pemula hehe ya wajar kan?. Namun dengan kesalahan yg sama dan berulang pasti pengalaman akan mengajarkan kita betapa pentingnya persiapan. Persiapan adalah elemen penting dari apapun yg ada di bumi ini karena tanpa persiapan semua hal yg dilakukan pasti berantakan. Begitu juga dengan saat bepergian, bayangkan jika kalian bepergian tanpa persiapan apa-apa, pasti ada saja kan hal yg menghambat kalian?. Sekecil apapun persiapan itu pasti punya pengaruh yg penting pada kelangsungan perjalanan. Namun tanpa persiapan apakah dirimu yakin bakal puas menikmati perjalanan? Maka siapkanlah apa yg di butuhkan saat bepergian, entah itu barang, mental, fisik ataupun referensi tujuan perjalanan, jangan remehkan hal sepele yang mungkin akan sangat dibutuhkan saat melakukan perjalanan. Paham?

Di sinilah kami mengalami masalah lupa jalan ke pantai. Yang harusnya belok ke kanan malah lurus ke jalan yg salah. Bayangkan saja melewati jalan ambyar,gelap dan jauh di malam hari dengan rute salah, pie perasaamu?cuman berdua bensin mepet meneh! *duh. Dengan yakin kami tetap melewati jalan yg semakin lama semakin ambyar dan licin karena siang harinya di basahi oleh hujan. Dan tibalah kami di ujung jalan tapi sayang sekali yg kami temui bukan pantai Kesirat melainkan Pantai Gesing yg jaraknya lumayan jauh dari pantai Kesirat(ya sekitar 2km). Akhirnya kamipun putar arah menuju tujuan awal kami lagi, sebenarnya sih memeng tapi apalah daya. Kami pun ingat saat mengarah ka pantai gesing tadi kami melihat 4 orang bapak-bapak yg sepertinya sedang berburu dengan agak buru-buru saya mengejar para bapak-bapak itu dengan maksud mau bertanya. Sampailah di suatu ladang yg kira-kira ¾ jalan dari Pantai Gesing ke Pantai Kesirat kami menemukan bapak itu dan bertanya arah, bapak itu pun menjawab dengan singkat dan jelas. Lalu kami melewati jalan ambyar itu lagi dan selang setengah jam bertemulah pertigaan yg membuat saya harus ke pantai Gesing dank arena kami dari arah berbeda yg seharusnya di awal td kami belok kanan, kami pun belok kiri. Tak sampai 5 menit kami sudah melewati tempat penitipan kendaraan pantai Wohkudu dan setelah itu sampailah kami di Pantai Kesirat.#horeee. Tanpa menunggu lama kami segera memarkirkan motor lalu lanjut jalan kaki ke campgroundnya yg hanya berjarak 15 meter dari tempat parkir.

Kami sampai di Pantai kesirat sekitar jam 23.30 wib, disana ternyata sudah ada yg sampai duluan dan mendirikan tenda. Mereka dari Wates, Kulon Progo yang saya pikir di pimpin oleh mas Rizal. Lalu mereka juga membantu kami mendirikan tenda. Setelah tenda berdiri kami berdua pun masuk untuk istirahat sebentar, masak dan makan.
Pantai Kesirat GunungkidulPantai Kesirat Gunungkidul

Karena tak enak sembunyi di tenda saya pun keluar untuk menyapa dan mengobrol rombongan mas Rizal sampai sekitar pukul 2 pagi. Cuaca malam itu beh jangan di tanya, tepat seperti prediksi saya “cerah dan banyak bintang”. Karena rombongan mas Rizal sudah pada tidur dan tak enak kalau ngobrol terus(takut ganggu tidur) segera saya keluarkan kamera saya dan memotret suasana malam pantai kesirat yg aduhai. Kali ini saya tak sendirian motret bintangnya saya di temani mas Rizal dan kamera Nikonya.
Pantai Kesirat Gunungkidul
Yuhuu 
Pantai Kesirat Gunungkidul
Tenda tetangga
Pantai Kesirat Gunungkidul
Camping gak enak, sikile reget, becek dll jadi buat yg alay gak usah ikutan camping yak?
Pacar dimana? Pacar kecapekan dia mau tidur saja katanya tapi ttp saya bangunkan dia.haha. Ya gak mau saja kalau kami camping cuman pindah tidur, sayangkan udah keblasuk masak nyampe cuman tidur.
Pantai Kesirat Gunungkidul
Sayang banyak gerak jadi gitu deh fotonya

Pantai Kesirat Gunungkidul
Pacar
Sekitar jam 3 pun pacar sudah tak kuat dan masuk tenda sedangka saya ttp memotret dan selesai jam 4 lebih dikit lalu masuk tenda dan tidur.
Pantai Kesirat Gunungkidul
Ditemani kesendiriian
Pantai Kesirat Gunungkidul
Pohon legendaris
Kami terbangun pukul 6 pagi lalu memasak, makan dan keliling Pantai Kesirat.
Pantai Kesirat Gunungkidul
New Zealand
Pantai Kesirat Gunungkidul
Pake taplak meja keren juga
Pantai Kesirat Gunungkidul
Menatap masa depan
Pantai Kesirat Gunungkidul
ganteng/cantik dikit CEKREK!!

Di keliling pagi itu kami banyak menemui para pemancing yg hendak pulang. Kami juga bertemu bapak-bapak nelayan Lobster yang setiap hari bekerja di pantai ini. Karena aya itu kepo maka saya tak menyia-nyiakan kesempatan untk bertanya-tanya pada bapak itu. Saya bertanya tentang harga lobster pada bapak itu(siapa tau murah). Ternyata harga lobster itu memang mahal ya ? sekilonya di hargai 300-400ribu, sebandinglah sama resikonya.
Pantai Kesirat Gunungkidul
Nelayan Lobster
Pantai Kesirat Gunungkidul
Nelayan pake Perahu
Karena kami sudah bosan dan baterai kamera juga sudah habis kami pun memutuskan untuk balik ke tenda dan packing. Kami pun berpamitan dengan mas Rizal dan teman-teman dan melanjutkan perjalanan ke Mangunan, Imogiri, apa yg ada di mangunan perasaan sering bgt kesana? Artikel selanjutnya ya? (sudah rilis silahkan klik disini)

Selesai juga cerita kali ini, oke pesan yg dapat di petik dari perjalanan kali ini adalah “jangan remehkan persiapan, apapun persiapanya karena kita tak akan tau apa yg akan terjadi selanjutnya”.


Terimakasih sudah mampir, Semoga bermanfaat..byee 

Related Posts:

Pendakian Gunung Mebabu via Suwanting

merbabu via suwanting

Berawal dari postingan ig seseorang, yg saya pikir jarang karena foto postinganya melewati jalur yg saya pikir terasa asing di benak saya. Karena saya seseorang menyukai hal yg jarang-jarang saya cari-cari referensi tentang jalur yg mempunyai basecamp di Dusun Suwanting. Saat itu belum begitu banyak blog(hanya beberapa) yg menulis artikel tentang jalur ini jadi referensinya seadanya saja. Menurut referensi yg saya baca jalur ini awal di buka pada tahun 1990 lalu entah dengan alasan apa jalur ini ditutup pada tahun 1998. Mungkin memanfaatkan lifestyle anak jaman sekarang yang sukak bingo naikz goenoeng jalur ini kembali buka pada pertengahan Maret 2015. Pintar sekali pengurus basecamp ini, pas marak-maraknya pendakian jalur gunung lalu di buka lg. Dan yg menarik menurut saya adalah di Jalur ini tersedia Mata Air jadi tidak perlu membawa persediaan air terlalu banyak. Yang lebih menarik “katanya Jalur ini jalurnya landai badai” itu sih KATANYA, tapi kenyataanya? Haha yuk cuss.
merbabu via suwanting
Bunga Edelweiss dan Merapi
Setleha pertimbangan matang karena saya melakukan pendakian kali ini hanya ditemani pacar saya Agustin Ika Pratiwi, kami pun memutuskan pendakian pada hari Minggu tanggal 20 Juli 2015 yaitu 2 hari sehabis Hari Raya Idul Fitri. Kami ambil tanggal itu karena tentu saja saya menyesuaikan jadwal kerja paar saya yg libur hari raya Idul Fitrinya tidak begitu lama. Setelah menentukan saatnya kita packing, sudah semua? Yok berangkat
merbabu via suwanting
            Kami berangkat dari Jogja sekitar pukul 10.30 wib dan mengarahkan motor kami ke arah Ketep Pass karena jalan ke Basecamp sama dengan jalan menuju ketep pass. Tidak lama dari ketep pass kamipun sampai di basecamp Suwanting indah yg berada di dusun Suwanting dan langsung di sambut oleh pengurus basecamp. Kami sampai sekitar jam 13.00 wib karena jalanya lumayan macet(maklumlah arus balik). Kami juga bertemu rombongan lain yg nantinya membantu kami pada pendakian kali ini dan menjadi teman juga sampai sekarang. Mereka dari KPG regional Barlingmas Cakep, Purwakarta. Saat itu mereka ada 4 personil yaitu Mas Woyo, Saiphul, Alvin dan …. Dan sampai sekarang yg saya masih kontak-kontakan adalah dengan mas Woyo.Lalu kami registrasi dengan mencatat nama kami di buku yg sudah di siapkan para penulis. Sudah satu jam kami beristirahat kamipun memutuskan untuk menanjak duluan dan selang 10 menit disusul rombongan mas Woyo dkk.Oh iya tentang cuaca kali ini memang benar-benar bersahabat, langit cerah dan angin sedang menemani sepanjang perjalanan kami.

Basecamp – Pos 1.(14.30-15.00)
            Dari basecamp menuju Pos 1 merupakan jalan yg seharusnya di kurangi dan basecampnya di pindah agak ke atas haha ya males saja setengah jalan dari basecamp ke pos 1 jalanya blok semen, nanjak lg. lalu setelah melewati jalan semen blog kami bertemu jalan setapak tanah liat yg landai, tidak ada yg special saat melewatinya yg special hanyalah kelandaian jalan setapak ini. selang 5 menit kami berjalan kami pun sampai di Pos 1. Pos 1 merupakan camp 1 karena bisa di katakana cukup lebar untuk mendirikan 10-15 an tenda. Di pos 1 ini menurut saya cukup indah karena di dominasi oleh Pohon Pinus yg tinggi dan teduh.
Pos 1 - Pos 2.(15.30-19.00)
Pos 1 ke pos 2 merupakan medan yg menurut saya pribadi cukup biadab. Awalnya kita di suguhi medan yg landai tapi setelah 15 menit berjalan dan menemui pos bayangan Lemba Gosong, di pos bayangan ini hanya muat 1 tenda. Lalu selanjutnya kita ketemu jalur menanjak. Mulai dari sini lah kekejaman jalur suwanting terlihat. Setelah istirahat sekitar 30 menit dan mengebrol dengan pendaki lain dari Jogja kami melanjutkan menuju Lemba cemoro. Kali ini medanya adalah tanjakan dengan tanah yg licin ala musim kemarau yg berdebu/tanah kering. Tanah kering ini tingginya sekitar mata kaki jadi sangat disarankan berhati-hati di setiap melangkah. Pikirku cuman yg repot pasti turunya ini. Setelah sampai Lemba Cemoro kami buka-bukaan, eit buka-bukaan logistic maksutnya lalu istirahat sambil ngopi. Disana rombongan mas Woyo sudah sampai duluan ditambah rombongan dari Bekasi beranggotakan 2 laki-laki daan 3 perempuan. Karena waktu sudah menunjukan saatnya adzan maghrib adi kami menunggu agak lama smbil menikmati sunset dari lembah cemoro. Setelah adzan selesai kami berdua pun bergegas dulu meninggalkan rombongan di karenakan kami lambat jalanya jadi sebisa mungkin gak mau membuat rombongan tambah lambat kalau menunggu kami. Selang beberapa 15 menit akhirnya sampai juga kami di pos 2/pos bendera. Kalau di tanya ada bonusnya apa nggak? Haha jangan berharap ada bpnus di jalur suwanting, ada landainya paling juga di pos” saja haha. Di pos 2 ini tempatnya lumayan lebar mungkin kira-kira bisa mendirikan 5-6 tenda.

Pos 2- Hampir Pos 3(19.00-21.00/lebih)
Tidak lama kami menunggu rombongan mas Woyo dan rombongan Bekasi akhirnya mereka datang juga kami beristirahat tidak lama dan setelah ini kami memeutuskan berjalan bersama rombongan karena cari aman dan cari teman. Hahaha. Mengapa kami memutuskan gabung? Karena kami cuman bawa 1 headlamp itupun redup-redup pie gitu hehe tapi alasan lain agar dapat teman juga karena berdua saja lewat jalur suwanting di malam hari itu…joss pokoke.haha. lalu kami meneruskan perjalanan menuju pos 3 dengan semangat yg sepertinya sudah tinggal 25% saja soalnya pos 2- pos 3 sudahlah tidak cukup biadab tapi sangatlah biadab. Tanjakan jahanamnya terjal sekali dan jalanya juga bercabang-cabang walaupun nanti ketemunya di titik yg sama. Jalan bercabang ini ada 2 tipe, yg pertama biasanya yg lurus di hajar tanjakan brutal, yg satunya belok agak landai tapi muter terus agak brutal lagi. Gak ada pilihanya lah menurut saya.

Di jalan menuju pos 3 ini para pendaki akan menemui sebuah Pos bayangan yg menurut warga sekitar lemba Manding adalah spot paling angker di jalur ini dan ketika memasuki lemba manding dan keluar dari lemba manding pendaki harus mengucap salam, ya selayaknya orang bertamu eh satu lagi dan jangan mengeluh di lemba manding. Menurut saya sih peraturan seperti ini sudah sepantasnya di lakukan oleh para venturer dimanapun mereka berada, tanpa di ingatkan. Sudah sewajarnya saja ketika kita masuk rumah orang pasti kita harus mengucap salam dan tidak banyak mengeluh agar pemilik rumah itu tidak merasa tersinggung. Jadi menurut saya seharusnya peraturan ini sudah diluar kepala bagi para venturer.
Lanjut lagi setelah melewati lemba manding ini jangan harapkan bisa mendaki ceria.hahaha. setelah lemba manding adalah medan terberat yg di miliki jalur suwanting ini. Untung saja kami gabung robongan mas Woyo dkk kalau tidak bisa bikin tenda di tengah jalan pastinya. Medanya sih masih sama berupa tanah kering tapi ini lebih licin dan tanjakanya lebih terjal pula. Karena medan yg tidak mendukung dan kelihatanya kondisi fisik salah satu perempuan di Rombongan Bekasi akhirnya mereka mendirikan tenda pertigaan ke 3 dari pos 3 ya masih lumaya jauh dari pos 39hanya muat 1 tenda). Kami pun melanjutkan dengan rombongan mas woyo tapi lagi-lagi karena fisik dan kelihatanya pacar saya sudah gak kuat kamipun mendirikan tenda jua di pertigaan terakhir menuju pos(hanya muat 1 tenda). Apalah daya setengah jalan kami sudah tumbang. Rombongan mas woyo pun meneruskan menuju pos 3 dan berencana mndirikan tenda disana, yasudah kita ketemu bsok pagi lg bro woyo dkk!. Setelah kami mendirikan tenda dan makan kamipun istirahat sangat lelap.
merbabu via suwanting
Ngupil,upile gedhe-gedhe

Hampir Pos 3-Pos 3(7.00-7.30)
 Setelah tidur yg lelap kami di karenakan kecapekan kami bangun pukul 6 pagi dan segera memasak untuk sarapan dan menyiapkan summit attack. Sudah terisi perut kami akhirnya dengan yakin kami lanjutkan pendakian ini. Saat itu kami hanya bawa 1 carrier berisi logistic dan barang” penting kami untuk summit attack, dan meninggalkan tenda yg di dalamnya berisi carrier yg saya pake semalam dan barang” sperti SB, pakaian dsb. Kami sudah tidak peduli lagi tentang barang kami saat itu, ya hanya bisa berdoa saja semoga tidak ada yg usil mengambiil barang kami, saya percaya kok pendaki jalur sepi itu pasti baik-baik orangnya karena pasti sudah terlatih.hahaha(tp saya belum terlatih). Persiapan kamipun sudah matang dan akhirnya kami berangkat menuju pos 3. Di jalan menuju pos 3 ini pembaca akan menemui mata air yg berada tepat di samping kiri jalan. Awalnya saya ragu kalau mata airnya adalah pralon yg mengeluarkan air ini di karenakan referensi yg say abaca kami harus berjalan sekitar 10 menit untuk sampai di mata air. Tapi ternyata ketika kami berjalan sekitar 50meter jalanya berubah jadi kacil dan agak tertutup semak-semak yasudah kami memutuskan untuk balik dan mengambil air di pralon yg berada tepat di kiri jalur menuju pos 3.dari sini kami sudah bisa melihat Gunung Merapi dan Gunung Sindoro-Sumbing-Prau dari kejauhan.
merbabu via suwanting
Cari Air
merbabu via suwanting
Merapa dari mata air
merbabu via suwanting
Sindoro-Sumbing-Prau dari mata air
Setalah air terisi kami melanjutkan perjalanan yg kali ini jalurnya paling miring tapi hanya sebentar saja melewati jalur ini kamipun sampai di pos 3. Yang saya kecewakan adalah ternyat pos 3 itu tidak jauh dari tenda saya jadi kalau semalam lanjut mungkin 30 menitnya sudah sampai di pos 3, apalah daya saya cuman pendaki ceng-cengpo. Pos 3 ini adalah batas vegetasi antara hutan dan sabana sebenarnya sih di mata air sudah batas vegetasi sih. Pos 3 merupakan lahan datary g cukup luas dan mampu menampung sekitar 15-20 tenda dan tempatnya cukup tertutup dari angin karena masih banyak pohon besar di sekitar pos 3 ini. dan di pos 3 ini sudah terdapat banyak pohon bunga edelweiss yg saat itu beruntung sekali kami dapat meliahatnya mekar. Kamipun juga bertemu dengan rombongan mas woyo dan mampir sekedar menyapa mereka.

Pos 3-Puncak(8.20-12.00)
Setelah istirahat dan menyapa teman saya kami melanjutkan perjalanan dari pos 3 menuju Puncak. Jalur kali ini di dominasi oleh sabana, ya semuanya sabana tapi treknya ttp kejem book. Sabana Jalur Suwanting ini sangat indah dan di sepanjang perjalanan kami di manjakan dengan bunga edelweiss di kanan-kiri jalur ini. Yang menariknya merapi sangat terlihat dekat di pandang,syedap sekali pokoknya. Kami juga sering ketemu pendaki yg mau muncak eh banyak malahan. Jalur sabana menuju puncak ini kira-kira kita akan melewati 4 bukit-bukit cantik jadi ya semangat ya nanjaknya.
Di sabana suwanting ini sangat sedikit juga jalur landainya ah bisa di itung lah. Yausadah karena foto sudah tersedia di sabana ini saya lanjutkan ke foto dengan captionya saja ya.Capek cyiin nulisnya.
merbabu via suwanting
Masih segar
merbabu via suwanting
Sehabis pos 3
merbabu via suwanting
Background Merapi
merbabu via suwanting
Background sindoro-sumbing-prau
merbabu via suwanting
Background tanjakan 
merbabu via suwanting
Masnya yg moto
merbabu via suwanting
Senyum Pasrah
merbabu via suwanting
Bukit ke 3
merbabu via suwanting
Bukit ke-tiga dan barenga
Akhirnya puncak sudah di depan mata gaess. Jalanya landai pula. Ayo ngebut.
merbabu via suwanting
Puncak oh Puncak
merbabu via suwanting
Nyandid di puncak
merbabu via suwanting
Sabana Selo dari Puncak
merbabu via suwanting
Gendong-gendongan di puncak
Puncak-Camp kami
Sudah puas muncaknya yg hanya di Triangulasi karena kenteng songo mbludak, males juga sih jadi kita putuskan untuk turu agar tidak pulang kemaleman. Perjalanan turun dari puncak menuju Camp kami tidaklah memakan waktu terlalu lama karena jalurnya menurun jadi enak buat ngebut. Akhirnya kmai sampai di Camp kami yg berada di bawah pos 3 dan saya jadi ingat pagi mau muncaknya saya meninggalkan tenda saya di sana buru”lah saya mengecek barang-barang saya dan Allhamduluillah semua aman terkondisikan. Haha lalu kami memasak dan makan setelahnya packing dan melanjutkan turun ke bascamp.
merbabu via suwanting
Turun ke camp
merbabu via suwanting
Turun ke camp juga

Camp kami-Basecamp
Kira-kira saat itu waktu menunjukan pukul 14.50 lalu kami berangkat turun dari camp tepat pukul 15.00, samalah ketika pandakian dari basecamp. Di karenakan medan yg licin dan kaki yg sudah reot tekblung(sudah tua mungkin) kami berjalan eh lari dengan pelan-pelan yg penting selamat dan linu di kaki tidak tambah banyak. Di jalur ini sangat tidak recommended kalau perjalanan turun memakai sepatu, lunyu cyin. Saya saja mungkin hampir lebih dari 10 kali ndelosor karena licinya tanah kering yg tingginya di atas mata kaki. Jadi kalau gitu mending nyokor alias gak pakai alas kaki gaess!, lebih flexible dan lebih enak ndelosornya. Dari lemba manding kamipun akhirnya nyokor ceria lebih enak sih larinya kalau gak pake sepatu. Saat itu yg kasihan adalah pacar saya, dia dapat oleh-oleh dari suwanting kuku jempolnya berdarahsemua, yasuda kita jalanya pelan” saja.

Perjalanan turun saat itu lancar sampai kami tiba di lemba cemoro. Kaki sudah tak kuat untuk berjalan bisanya cuman lari-lari kecil teus ndelosor. Dan setelah lemba cemoro pun hari sudah mulai petang sedangkan headlamp yg kami bawa juga Cuma 1 itupun sudah mbleret/redup jadi dengan terpaksa kami berjalan bergantian dari pos 1 hingga jalan blok semen. Caranya gini nih, pertama saya jalan pake senter duluan terus saya berhenti dan menerangi pacar saya berjalan haha gitu tersu dari pos 1 sampai jalan blok semen. Sesampainya di jalan blok semen saya sangat meresa lega..woaaah rasanya kayak iklan sprite gitu deh.
merbabu via suwanting
Selfie dulu dek
Karena pacar saya sudah tidak kuat kami memutuskan untuk berisitiraht disana sambil menunggu ada orang yg lewat menggunakan motor. Tidak lama kami menunggu akhirnya si dia yg saya tunggu datang juga dengan cepat saya bertanya kalau saya mau numpang ke basecamp dan akhirnya di perbolehkan dan dengan cepat pula saya mengangkut barang-barang saya dan membonceng bapak-bapak itu. Setelah sampai basecampa saya mengambil motor lalu menjemput pacar saya yg sudah KO di persimpangan blok semen itu. Dan akhirnya kami berdua selamat sampai basecamp dengan keadaan kaki pegel-pegel gurih ennaa. Lalu kami mambersihkan diri di Basecamp dan numpang istirahat sebentar disana. Selang satu jam kami sampai rombongan mas Woyo pun juga sampai di basecamp, lalu kami mengobrol bentar dan bertukar kontak agar nantinya bisa naik-naik ke puncak gunung baren lg. Waktu menunjukan pukul 21.00 dan pacar saya yg saya suruh istirahat td juga sudah terbangun akhirnya kami berpamitan pada rombongan mas Woyo dan Pengurus Basecamp lalu ngebut ke Jogja. Ahirnya…
merbabu via suwanting
Sobo kebon leh uga
Kami sampai dirumah pacar saya sekitar pukul 23.00, dengan ngebut ngawur-ngawuran pastinya dan saya pun juga pulang allhamdulillah dengan selamat. Udah segini saja ya cerita dari saya mendaki lewat jalur suwanting ini. Mohon maaf jika ada salah kata terimakasih sudah nanpir.
Semoga pembaca sehat selalu..

Byeee…

Related Posts: