Panasnya siang itu(14 November 2015) terlalu menyengat kulitku yang coklat sawo terlalu matang ini, walau kemeja sudah melindungi tangan yang kelihatanya tangguh tapi rapuh ini. Kupacu motor Yamaha Mio J yang belum lunas dari kreditan melewati jalan raya Jogja-Wates. Keringat mengucur deras di dalam pakaian juga di wajah yang kotor terkena debu jalan. Tak ku sangka siang ala kemarau itu benar-benar menguras tenaga. Jam menunjukan jarumnya di angka 1, sampailah saya di Pasar Sentolo. Dilema antara lanjut ke wates atau belok ke Girimulyo dan sayapun putuskan lanjut ke Wates. Selama ada aspal hati ini tak ragu mengikutinya.
Wates hanya angan-angan, saya tak kuasa mengikuti insting mengembara saya yang berprinsip “jalan yang sudah pernah itu sudah basi, find new road and explore it!”, makalah saya belok di pertigaan sebelum kota wates menuju arah Rel kereta api. Dari awal saya memang sudah bingung mau kemana karena hanya ingin memuaskan hasrat photography saya. Bermodalkan bensin dan “sing penting yakin” saya berniat menuju Kedung Pendut yang hits-nya bukan maen itu.
Dari utara kota Wates saya pacu motor saya menuju arah Kedung Pendut. Damai rasanya bisa mengistiratkan pikiran yang agak kurang waras ini dari kesibukan. Di jalan menuju kedung pendut hawanya tak lagi sepanas ketika saya memacu motor di jalan Jogja-Wates tadi melainkan sejuk karena rindangnya pepohonan di sepanjang jalan Sampai di suatu jalan yang di sisi kananya menyuguhkan sungai yang kelihatanya berkompeten untuk di obok-obok yang membuat saya galau mau lanjut atau berkunjung.
Coba itung ada berapa cethol disitu? |
Sampai pada suatu pertigaan di pinngir sungai ada satu jalan yang mengarah ke sungai itu saya tak tau menahu nama Desanya alias lupa.
Yang saya cari akhirnya datang juga saya langsung berbelok ke kanan menuju jalur desa beralaskan cor semen yang mengarah ke sungai itu, saya sempat bingung dan terlewat jalur desa itu dan saya pun putar balik. Di musim kemarau sungainya memang jernih sekali tak seperti pada saat musim penghujan. Di ujung turunan jembatan semen tua sudah menyambut saya, lalu saya parkirkan motor saya di sebelah jembatan agar tak mengganggu penduduk desa yang hendak lalu lalang melewati jembatan tersebut. Yang saya sesalkan kali itu saya tak membawa tripod, padahal jika di sandingkan dengan wisata hits yang ada di Kulon Progo tempat ini menurut saya lebih Photogenic. Yang di tawarkan dari tempat ini adalah air yang jernih dan batuan sungai yang bertebaran dimana-mana selain itu tak ada gangguan dari pengunjung lain karena memang tak ada pengunjung yang berada di tempat ini. Karena yang saya cari bukan hanya foto yang indah namun juga suasana yang membuat hati bersyukur atas ciptaan Tuhan YME.
Jernih bukan |
Senyuman anak kecil itu "Murni" |
Bayangkan di Kota-Kota, apakah anak perempuan yang pulang dari sekolah melakukan ini? saya kira tidak, kebanyakan anak di Kota sekarang tak perduli lagi akan kesusahan yang di alami orang tuanya. Saya paham betul apa yang saya keluhkan ini. karena memang saya di besarkan di lingkungan menengah kebawah yang suka dengan hal wow tapi lupa akan nilai-nilai anak pada orang tua.
Jernihnya air berpadu batuan dengan teduhnya pepohonan membuat saya betah berlama-lama disini. Bahkan niat saya yang tadinya moto jadi tak banyak moto melainkan hanya bersantai ria sambil berbincang bersama gadis-gadis itu. Tapi sayang waktu sudah mempersilahkan saya untuk pulang. Andai saja saya dapat menghentikan waktu walaupun hanya sekejap. Saatnya untuk pulang ke Jogja karena takut kemalaman.
Sudah dulu ya tempat indah... |
Hari belum terlalu sore untuk pulang sih sebenarnya. Saya masih pengen muter tapi muter kemana?. Saya masih penasaran jalur aspal yang tadi saya tempuh itu memang menuju kedung pendut atau bukan, maka dari itulah saya ikuti lagi jalur aspal itu. Kalaupun iya kan sekalian lewat jalur utara melewati Sawah Nanggulan yang guedhe itu. Keputusan sudah saya ambil saya tidak mau putar arah menuju wates lagi melainkan menuntaskan misi ke arah kedung pendut kalaupun itu salah ya saya puter arah tapi kalau benar saya ikuti jalurnya menuju nanggulan.
Sekitar 10 menit saya memacu motor sayapun melihat plang menuju jalan desa ke kedung pendut, feeling sudah benar tinggal cari jalan menuju arah Air Terjun Mbang Soka lalu ikuti jalan menuju Nanggulan. Yang di damba tiba juga, sayapun berhasil juga memenukan jalan Air Terjun Mbang Soka dan sekarang saya agak ngebut menuju sawah Nanggulan.
Beruntung kali ini saya mengarah ke Sawah Nanggulan. Hijau sawah yang menyejukan hati menyambut saya saya arahkan motor saya menuju jalan ke utara samping selokan dan memotret sawah dari sini.
Sawah Nanggulan |
Sepertimya jalan ini baru di bangun karena terakhir saya melewati selokan belum ada jalur cor semen yang seperti ini.
Bapaknya sudah tau kalau mau di foto. |
Sepeda Tua, Sawah dan Menoreh |
0 Response to "Muter Kulon Progo Ketemu Spot Foto"
Post a Comment